Pages

RyoTherev. Diberdayakan oleh Blogger.
Free Search Engine Submission
Selamat Datang di Blog yang ngga penting ini,, semoga bermanfaat untuk anda semua.... salaam... "RyoTherev" | Welcome to Blog unimportant , may be useful for you all ... regards ... " RyoTherev " | Bienvenidos al blog sin importancia, puede ser útil para todos ustedes ... saludos ... " RyoTherev " |

“Kuda Hitam” VS “Kambing Hitam”

Selasa, 13 November 2012

“Kuda hitam” dan “kambing hitam” adalah dua kiasan (metafor) yang tidak asing terdengar di telinga kita. Kedua metaphor tersebut sering ditemukan dalam konteks kompetitif. Namun keduanya memiliki konotasi makna yang jauh berbeda. Istilah kuda hitam digunakan untuk merefleksikan sesuatu keadaan yang tidak disangka-sangka yang tiba-tiba muncul sebagai pemenang dalam suatu pertandingan. Sementara kambing hitam adalah kiasan untuk merefleksikan suatu tindakan menyalahkan suatu keadaan atau pihak lawan atas ketidakmenagan dalam suatu pertandingan. Tujuan utama dari tidakan pengambinghitaman adalah untuk menutupi kelemahan-kelemahan baik yang bersifat individu, kelompok bahkan Negara. 
Tulisan berikut mencoba menganalisa beberapa dampak negatif dari “metode kambing hitam”. Tulisan ini tidak bertujuan khusus mengomentari fenomena perpolitikan, atau kususnya pemilu yang baru saja berlangsung di negeri kita. Namun lebih bersifat global terhadap sikap individual kita dalam menyikapi setiap perjuangan kehiduapan dalam usaha pengembangan diri secara maksimal, baik secara intelektualitas, spritualitas dan juga moralitas politik. 
Namun penulis hanya ingin menekankan bahwa, kesadaran dan keakuratan menganalisa dampak positif dan negative terhadap suatu tindakan akan menjadi lebih penting, terutama dalam konteks Aceh. Terutama jika kita punya cita-cita untuk menjadikan Aceh sebagai “kuda hitam” perkembangan setelah lama tidak “diperhitungkan” (baca: mengalami ketertinggalan dalam berbagai bidang). Terlebih ketika issu tsunami dan konflik tidak begitu layak lagi untuk bisa kita”jual”, solusi lain harus segera dipikirkan, yaitu dengan menumbuhkembangkan kembali motivasi, etos kerja serta kreativitas nyata pemerintah dan masyarakat Aceh. 

Secara historis, istilah kambing hitam atau scapegoat bukanlah istilah baru dalam sejarah kehidupan manuasia. Menurut Wikipedia online encyclopedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Scapegoat), ia telah muncul sejak abad XV dan memiliki latar belakang sejarah yang panjang dalam sejarah Ibrani dan Kristiani. Secara etimologi, istilah kambing hitam merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani modern “Azazel” yang sering digunakan sebagai kata ejekan yang berarti “pergi ke neraka”.Lebih jauh, istilah kambing hitam yang tidak punya hubungannya sama sekali dengan warna ternyata tidak hanya sebatas istilah. Masih menurut Wikipedia online encyclopedia, pengambinghitaman (Scapegoating) juga merupakan sebuah teori social keagamaan (socio-religious) yang dikembangkan oleh René Girard, seorang antropolog Kristen controversial. 
Dalam sejarah modern, istilah kambing hitam sebagai metafor (kiasan) juga masih banyak ditemukan. Tidak hanya dalam konteks politik dan olahraga tetapi juga dalam konteks pendidikan atau bahkan dalam banyak aspek kehidupan lainnya. Hal itu karena metode kambing hitam dianggap sebagai alat propaganda yang sangat ampuh. Salah satu contoh terkenal dari “metode kambing hitam” dalam dunia politik adalah propaganda Nazi pasca perang dunia I. Sementara dalam dunia olah raga, contoh yang umum diketahui adalah kasus yang menimpa pemain sepak bola Columbia, Andrés Escobar, yang ditembak mati saat ia kembali ke tanah airnya karena dikambinghitamkan dengan gol bunuh dirinya di Piala Dunia 1994. 
Dari dua contoh tersebut di atas terlihat jelas bahwa, meskipun secara political-emotional tindakan tersebut diaggap “berhasil” atau memuaskan pelakunya, namun secara socio-rational sistem pengambinghitaman pada prinsipnya mengandung resiko besar dan fatal. Beranjak dari kedua kasus ini, berikut ini penulis mencoba menganalisa beberapa resiko lainya dari metode tersebut, baik dalam kaitannya dengan politik, pendidikan maupun agama. 
Jika kita menyikapinya dengan bijak, sedikitnya ada beberapa resiko besar lainnya dari kebiasaan pengambinghitaman. Namun resiko yang paling mendasar dan berbahaya menurut penulis adalah matinya motivasi dan kreatifitas pengembangan diri. Pertama, matinya motivasi adalah fatal kerana akan berdampak pada menghambatnya pengembangan diri. Menutupi kekurangan diri dengan tidak mengakui kehebatan orang lain akan mematikan motivasi. Dia akan menutupi ruang pikir untuk mencari solusi logis terhadap sebab-sebab yang sebenarnya dari kegagalan tersebut. Jika kita sadari, belajar pada kesalahan atau kekurangan diri sebenarnya memiliki nilai yang lebih murni dan hakiki. Karena ia terbebas dari unsur ego dan ria, yang sering menjerumuskan seseorang kedalam kesombongan dan kebohongan diri. 
Kedua, bahaya lain dari kebiasaan pengambinghitaman adalah akan mematikan kreatifitas. Dalam konteks pendidikan misalnya, karena guru sering dijadikan ”kambing hitam” terkait rendahnya mutu pendidikan, telah menyebabkan matinya kreatifitas para guru dan para penentu kebijakan pendidikan. Guru sebagai pihak yang dikambinghitamkan akan terasa acuh untuk tampil lebih kreatif. Mereka akan merasa sia-sia akibat “terkhianati” dengan “label kemunduran” yang telah terlanjur disematkan kepada mereka. Disisi lain, pihak penentu kebijakan pendidikan yang mengamini pengambinghitaman guru juga akan buta hati dan enggan berinovasi untuk mencari penyebab-penyebab sebenarnya dari masalah tersebut. Kita yakin para penentu kebijakan sangat tahu bahwa guru bukanlah faktor tunggal dalam masalah ini. Namun karena “kenikmatan kambing hitam” telah cenderung membuat mereka santai dan hanya berfokus pada satu problem tunggal dengan solusi-solusi yang sifatnya temporer. 
Begitu juga dalam konteks agama. Kemunduran Islam misalnya sering diklaim semata-mata sebagai ulah pihak luar yang sengaja menghambat perkembangan Islam. Akibatnya kita sering pasrah dan tidak memiliki motivasi untuk melihat sebab-sebab yang sebanarnya. Atau sekali lagi kita” cendrung kenakan dan “lalee ngen sie kameng hitam” yang terkadang juga membuat kita sempoyongan akibat kelebihan memakannya. Kalaupun klaim di atas memang benar adanya, seperti usaha-usaha para orientalis untuk memutarbalikkan fakta-fakta kebenaran Al-Qur’an. Namun sayang kita selaku pemeluk Islam tidak menjadikannya sebagai tantangan untuk bangkit dan membuktikan bahwa Islam itu tidak seperti yang mereka tuduhkan. Salah satu cara paling efektif untuk itu adalah dengan mendakwahknanya” bil hal”, yaitu dengan berperilaku dan berdiskusi sesuai tatanan dan ajaran Islam dalam setiap persoalan keagamaan kita sehari-hari. Namun kenyataannnya kita sering latah dan terpancing dengan provokasi mereka. Kita kurang menyadari bahwa kekerasan tak akan selesai jika dibalas dengan kekerasan. Seperti diingatkan dalam kalimat mutiara berikut ini: "Kun ka al-syajar, yurma bi al-hajar, wa ya'udu bi al-tsamar." (Jadilah seperti pohon. Dilempar dengan batu, tapi membalas dengan buah). 
Dampak lain dari pengambinghitaman dalam konteks politik, tulisan Zahrul Bawazir, “Ada apa setelah pemiliu? “ yang di muat di website WAA (World Acehness Association) sepertinya tepat untuk dijadikan rujukan. Zahrul menyebutkan bahwa dampak lain dari kambing hitam dalam konteks politik adalah akan membingungkan masyarakat. Demokrasi yang mencakup bebas berpendapat sering dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk menjatuhkan lawan politiknya. Dan salah satu satu penyebabnya menurut beliau adalah karena sejak kecil kita diajarkan hanya untuk menang, dan sangat jarang kita diberikan arti dari sebuah kekalahan. 
Perfeksionitas dalam pandangan ini sungguh tidak bisa kita jadikan sebagai standar kesempurnaan. Karena mereka yang berhasil bukan saja ketika meraih kemenangan, tetapi ketika mereka bijak menanggapi kekalahan, mereka tergolong orang yang menang. Ketika kita dihadapkan kepada sebuah kegagalan, tidak semestinya mencari kambing hitam. Tetapi beri apresiasi kepada siapa saja yang menang. 
Namun sepertinya para elit kita masih sangat suka dengan “kambing hitam” yang justeru akan membingungkan masyarakat. Di satu sisi masyarakat harus giat mendukung kinerja pemerintah, di sisi lain mereka dibuat ragu dengan stigma yang dilepas oleh para elit parpol. Alhasil, arah perubahan yang dituju selalu mengalami sandungan. 
Mental menerima kekalahan rasanya belum dimiliki elit kita saat ini. mereka lebih senang melempar tuduhan dan mencari kesalahan orang lain. Oleh karena itu, apa salahnya jika kita tidak membingungkan negara dengan permasalahan pribadi atau kepentingan organisasi. 
Cukuplah masa bersaing itu sebelum pemilihan. Kini, saat rakyat butuh dengan perubahan, marilah seiiring mengayun langkah menciptakan sebuah pemerintah yang bersih demi tercapainya amanat rakyat yang diridhai Allah S.W.T. 
Akhirnya, satu hal yang perlu diingat bahwa untuk mencapai tujuan akhir ini “ kambing hitam dan “kuda hitam” tidak bisa berada dalam satu “kandang”. Dengan kata lain, untuk menjadikan Aceh sebagai “kuda hitam” perkembanagan nasional maka salah satu syarat utamanya adalah sembelihkan “kambing hitam”.

12 Tugas Herakles

Minggu, 11 November 2012



1. Membunuh Singa Nemea
Tugas pertama Herakles adalah membunuh Singa Nemea. Singa itu memiliki kulit yang tebal dan tidak dapat ditembus oleh senjata apapun. Singa Nemea merupakan anak dari Orthos dan Ekhidna.
Herakles tinggal di Kleonai dengan seorang pekerja bernama Molorkhos, sebelum kemudian pergi ke Nemea. Molorkhos ingin melakukan pengurbanan untuk Herakles namun Herakles menasehatinya bahwa lebih baik dia melakukan pengurbanan untuk Zeus. Akhirnya diputuskan bahwa Molorkhos akan melakukan pengurbanan untuk Zeus jika Herakles mampu menyelesaikan misinya dalam waktu tiga puluh hari, jika lebih maka Molorkhos akan melakukan pengurbanan untuk Herakles.
Herakles mendatangi singa buruannya dan menjebaknya di sebuah gua dekat Nemea. Karena singa tersebut tidak dapat dilukai oleh senjata, Herakles akhirnya memutuskan untuk menyerangnya dengan tangan kosong. Mereka berdua bertarung secara keras dan Herakles berhasil menang setelah mencekik sang singa sampai mati. Herakles lalu menguluti singa itu dan menjadikan kulitnya sebagai jubah.
Molorkhos sudah hendak melakukan pengurbanan untuk Herakles, namun tiba-tiba Herakels datang dengan membawa kulit Singa Nemea. Akhinya Molorkhos mengubah tujuan pengurbanan menjadi untuk Zeus.
Menurut beberapa pendapat, Euristheus sangat ketakutan ketika melihat Herakles datang dengan mengenakan jubah kulit Singa Nemea. Karena itu Euristheus memerintahkan bahwa untuk tugas-tugas selanjutnya, Herakles hanya boleh hadir di luar gerbang kota jika telah melaksanakan tugasnya.


2. Membunuh Hidra

Tugas kedua Herakles adalah membunuh Hidra yang tinggal di mata air di dekat Lerna, Argolis. Hidra adalah makhluk yang memiliki banyak kepala. Jumlah kepalanya bervariasi menurut beberapa sumber. Biasanya disebutkan kepalanya ada sembilan. Salah satu kepalanya abadi. Sedangkan kepala-kepala lainnya lebih mematikan karena jika dipotong maka akan tumbuh dua kepala baru.
Selain itu, Herakles juga harus menghadapi kepiting raksasa yang dikirim oleh Hera. Herakles mesti membunuh kepiting itu terlebih dahulu sebelum berhadapan dengan Hidra. Setelah kepiting itu mati oleh Herakles, Hera menempatkannya di angkasa sebagai rasi bintang Cancer.
Dengan dibantu oleh keponakan sekaligus rekannya, yakni Iolaos, Herakles pun berusaha mengalahkan Hidra. Setiap kali Herakles memotong salah satu kepala Hidra, Iolaos langsung membakar leher Hidra sehingga kepalanya tidak dapat tumbuh lagi. Setelah mengalahkan Hidra, Herakles mengubur kepala abadinya di bawah sebongkah batu besar. Darah hidra mengandung racun yang sangat kuat, karna itu Herakles mencelupkan semua anak panahnya ke dalam darah Hidra. Dengan demikian, Herakles memiliki anak panah yang amat mematikan, yang kelak akan merenggut nyawanya juga.
Akan tetapi, Euristheus tidak bersedia mengakui tugas ini karena menurutnya Herakles berhasil mengalahkan Hidra dengan dibantu oleh orang lain, sedangkan Herakles harus melaksanakan tugasnya sendirian. Akibatnya Herakles pun menerima satu tugas tambahan.

PESEDIT PES 2012 Patch 4.1 + 4.1.1

Selasa, 06 November 2012


Fitur Baru PESEDIT PES 2012 Patch 4.1:
  • Transfer: Transfer musim panas selesai + pemain baru dibuat banyak
  • Pilihan: Peralihan seleksi lebih sederhana
  • Tim: 2 tim baru yaitu Ternana & Spezia
  • Wajah: Sekitar 50 wajah baru (misalnya Agüero, Cristiano Ronaldo, Modric)
  • Kit: Aalen, Alcorcon, Almeria, Athletic Club, Aue, Barcelona, Barnsley, Bayern München, Bielefeld, Blackburn, Bochum, Bolton, Bremen, Celta Vigo, Cittadella, Deportivo La Coruna, Dortmund, Eintracht Frankfurt, Elche, FSV Frankfurt, Fulham , Fürth, Genoa, Girona, Hannover, Hercules, Hertha BSC, Juventus, Kaiserslautern, Köln, Las Palmas, Lokomotiv Moskow, Malaga, Manchester City, Manchester United, Murcia, Mönchengladbach, Napoli, Norwich, Nottingham Forest, Nürnberg, Pescara, Rayo Vallecano, Reading, Real Madrid, Regensburg, Southampton, Sporting CP, St Pauli, Steaua, Valencia, Villarreal, West Ham
Download:
Password: www.fikrishare.com

Anda bisa pesan DVD PESEDIT PES 2012 Patch 4.1 + 4.1.1 hanya Rp. 15.000 (belum termasuk ongkir). Selengkapnya...
 

Follow Me

  • My Visitor

    Blogroll

    Most Reading

    Tags

    Free Search Engine Submission